Agus Sufandi's

Portfolio

SEJARAH PERKEMBANGAN TULISAN JAWI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filologi
Dosen Pengampu: Dr. H. Azhar Saleh, M.A.

Disusun oleh :
Lutfia Wardah (11170220000086)
Tatu Quraidah (11170220000072)


SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
Kata kunci: Filologi, Naskah, jawi, sejarah 


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Filologidengan judul “Sejarah Perkembangan Tulisan Jawi”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Tangerang, 10 April 2020

Penyusun,





DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Tulisan Jawi
Awal Kedatangan Tulisan Jawi
Perkembangan Tulisan Jawi
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka





BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Disamping bahasa, Tulisan merupakan sebuah alat komunikasi manusia dari zaman dahulu sampai sekarang ini.Setiap kelompok manusia pada umumnya memeliki aksara sendiri. Tulisan yang ada pada zaman sekarang ini berasal dari rumpun tulisan Keberadaan tulisan dalam masyarakat sangat berperan penting.
Dengan tulisan ini, manusia mampu berkomunikasi meski memakan jarak yang cukup jauh. Di nusantara tulisan yang berkembang ialah tulisan arab melayu. Tulisan arab melayu adalah tulisan Arab yang diadaptasikan oleh bahasa Melayu untuk pengejaannya seperti yang kita pahami sekarang ini. Artinya huruf yang dipakai adalah huruf-huruf Arab dengan bahasa Melayu, atau dengan ejaan Melayu. Di tempat lain tulisan Melayu ini disebut dengan Arab Jawi atau sejenisnya.
Pada asasnya bahasa ialah ujaran yang dikeluarkan oleh organ pertuturan manusia yang secara arbitrari melambangkan maknanya dan digunakan oleh satu masyarakat bahasa untuk perhubungan. Tulisan pula lahir apabila manusia mengetahui bagaimana hendak menyampaikan fikiran dan perasaannya melalui tanda-tanda tampak atau visual dalam bentuk yang bukan hanya dimengerti sendiri tetapi oleh orang lain juga.

Rumusan Masalah
Apa Itu Tulisan Jawi?
Bagaimana Awal Kedatangan Dan Perkembangan Tulisan Jawi?

Tujuan
Mengetahui Apa Itu Tulisan Jawi
Mengetahui Awal Kedatangan Dan Perkembangan Tulisan Jawi



BAB II
PEMBAHASAN

Tulisan Jawi
Tulisan Jawi adalah satu seni penulisan yang telah wujud berabad-abad lamanya di Nusantara. Kemunculannya berkait secara langsung dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara. Tulisan Jawi berasal dari tulisan Arab dan merupakan huruf-huruf Arab yang dimasukkan ke dalam sistem penulisan bahasa Melayu. Tulisan Jawi adalah tulisan resmi bagi Negara Brunei dan digunakan meluas di Malaysia, Filipina dan Indonesia.
Skrip tulisan jawi berasal daripada skrip Arab yang telah dibuat beberapa penyelesaian dan tambahan. Terdapat beberapa cirri tulisan Jawi yang menjadikannya unik. Skrip Jawi mengalami evolusi yang boleh dikategorikan kepada empat fasa. Setelah melalui empat fasa ini tulisan Jawi menjadi semakin mantap dan dapat disesuaikan dengan keadaan dan keperluan semasa.

B.   Awal Kedatangan Tulisan Jawi
Tulisan Jawi telah lama ada dalam khasanah kebudayaan melayu yang diperkirakan sekitar abad ke10 Masehi atau 3 Hijrah hingga ke masa kini dan ia berasal dari pada tulisan Arab. Tulisan inilah yang membangun kebudayaan melayu dan tulisan ini jugalah yang kemudian mengantarkan menuju bahasa Melayu yang kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia setelah dikokohkan oleh para pemuda Indonesia dalam sumpah pemuda. Keberadaan tulisan arab melayu di Nusantara identik dengan penyebaran islam ke daerah melayu.
Masa sejak awal abad ke-13 M sampai penghujung abad ke-15 M dalam khazanah kesusastraan melayu disebut masa peralihan, yaitu masa peralihan dari peradaban Hindu ke peradaban Islam. Dengan masuknya peradaban Islam, orang melayu mulai mengenal tradisi tulis. Sebelumnya, mereka hanya memiliki tradisi lisan. Aksara Jawi sudah wujud dan digunakan di wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaya jauh sebelum orang pulau Jawa memeluk agama Islam (883 H/1468 M).
Bukti historis bahwa adanya tulisan jawi dalam kebudayaan Melayu lama dapat dilihat pada bahan-bahan bertulis seperti: batu bersurat, manuskrip lama, kertas lama, majalah, batu nisan, bahan-bahan yang dibuat daripada logam, kulit, alat senjata, batu lontar, tembikar dan sejenisnya, ukiran-ukiran pada masjid, rumah, dan istana, azimat, rajah atau penangkal.
Penemuan pertama batu nisan yang tertulis dalam bahasa Arab di Sumatera bertarikh 55 Hijrah atau setara dengan 674 M. Selain itu juga ditemukan di Kedah bertarikh 290 Hijrah. Kedua hal ini jela setelah menunjukkan bahwa tulisan Jawi berasal dari orang Arab yang kemudian telah disesuaikan dengan menambahkan beberapa huruf tambahan kepada huruf Arab untuk menyesuaikannya dengan gaya bahasa orang Melayu. Penambahan ini lebih kepada melengkapi ejaan yang tidak ada dalam bahasa Arab tetapi ditemui dalam bahasa Melayu.
Manuskrip Islam tertua di kepulauan Nusantara ditemukan di Terengganu, Malaysia. Manuskrip ini bernama Batu Bersurat yang dibuat tahun 1303 (abad 14). Tulisan ini menyatakan tentang penyebaran dan para pemeluk Islam pada saat itu. Manuskrip ini sudah diteliti oleh ahli-ahli Sejarah dan Arkeolog Islam di Malaysia , seperti Prof. Naquib Alatas dan lainnya, semua menyimpulkan manuskrip ini sebagai yang tertua di Asia Tenggara.
Yang kedua, masih di abad-14, pada tahun 1310, ditemukan syair tentang keislaman yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Jawi di Minya’Tujoh, Aceh. Karenanya para pakar sepakat bahwa perkembangan karya ulama yang ditulis dengan huruf Jawi sudah berkembang pada Abad-14 pada massa Kekhalifahan Samudra Pasai dan Kekhalifahan Islam lain di Semenanjung Malaka.

C.   Perkembangan Tulisan Jawi
Tulisan jawi telah lama berkembang di kepulauan Melayu. Hal ini bermaksud tulisan jawi ialah tulisan yang menggunakan huruf-huruf serta lambang Arab dalam bahasa Melayu. Dalam arti kata yang lebih mudah, tulisan jawi digunakan sebagai tulisan Melayu. Hal ini dikaitkan dengan kedatangan Islam pada abad ke-13 yang mana pengaruh Islam mulai menapak di kepulauan Melayu pada masa dahulu.
Tulisan Jawi tumbuh dengan cepat seiring dengan penyebaran dan perkembangan islam dari waktu ke waktu. Masyarakat Melayu menyadari bahwa tulisan yang mereka gunakan sebelumnya yaitu tulisan Pallawa sebagai alat penyebaran agama Islam. Ini karena orang-orang Islam wajib membaca Al-Qur'an atas perintah Allah SWT. Kitab suci ini ditulis dalam bahasa Arab. Maka kesadaran, masyarakat Melayu mempelajari dan mendalami tulisan ini mulai. Jadi, mereka mempelajari tulisan Melayu huruf Arab ini yang selanjutnya mengalami perubahan yaitu dari aspek ejaan melalui berbagai tahap. Menurut kesimpulan yang bahwa pengembangan dibagi menjadi tiga tahap atau periodisasi, yaitu periode Aantara 1300-1600 M, periode Bantara1600-1900 M dan periode Cantara1900-1986 M.
Namun, secara umum,ada dua perkembangan dalam ejaan Jawi: perkembangan tahap I dan perkembangan tingkat Il. Teks Jawi ditulis dan dibaca dari kanan ke kiri (seperti sistem penulisan Arab). Sistem penulisan ini tidak memiliki huruf capital atau huruf kecil seperti tulisan Rumi, tetapi ada perubahan dalam bentuk huruf tertentu ketika dikombinasikan dengan huruf lain dalam penulisan kata.
Perkembangan Ejaan Jawi Tingkat I
Perkembangan ejaan Jawi pada tingkat ini dibagi menjadi empat tahap:
Sistem ejaan bahasa Arab digunakan sepenuhnya
Pada tahap ini, metode penulisan bahasa Arab sepenuhnya digunakan, baik dengan menggunakan tanda baca atau di akritik. Hal ini menunjukkan tulisan kitab Al-quran mempengaruhi cara mengeja kata-kata bahasa Melayu Asli pada waktu itu. Tanda garis yang digunakan memiliki beberapa jenis, termasuk baris atas dan baris bawah serta baris depan.
Keuntungan dari sistem ejaan ini adalah pembaca dapat membaca seluruh suku kata dengan benar. Ini Karena setiap huruf konsonan Jawi ditambahkan dengan tanda garis sehingga mudah dibaca.
Baris ejaan dihilangkan pada titik
Pada tahap ini pula, di akritik atau tanda baca tulisan Jawi dihapus dan menghasilkan sistem ejaan lain. Sistem ejaan ini dikenal sebagai penulisan Arab Gundul. Keuntungan dari sistem pengejaan ini adalah lebih sederhana dan penulis tidak perlu waktu lama untuk menulis satu kata atau lebih. Para penulis juga lebih mahir dalam huruf-huruf Arab ini.
Vokal digunakan
Ketika tahap kedua dalam kesulitan, maka pada tahap ketiga ini, huruf-huruf vocal dibuat untuk memudahkan orang-orang saat itu membaca teks Jawi. Vokal yang dimaksud adalah:
Alif
Wau
Ya

Huruf pada suku kata pertama dan kedua
Perbaikan pada tahap ini menyelesaikan kebingungan sistem ejaan Jawi pada tahap sebelumnya. Pada titik ini, penggunaan vocal masih dipertahankan. Namun, cara itu digunakan adalah bahwa vocal digunakan dalam suku kata pertama dan kedua. Hal ini karena mengingat kata dalam bahasa Melayu pada masa itu sebagian besar terdiri dari dua suku kata.
Namun, sistem ejaan ini juga memiliki kelemahan yaitu kurangnya huruf vocal untuk menggantikan huruf vocal dalam bahasa Melayu yaitua, e, i, o dan u. Oleh karena itu, sistem ejaan pada level ini mungkin memiliki kekurangannya.
Perkembangan Ejaan Jawi tingkat II

Ejaan P.BMP.B di raja
Menurut Pusat Rujukan Persuratan Melayu (2016), Pedoman Ejaan Pakatan Bahasa Melayu Persuratan Buku Di Raja Johor, adalah satu buku pedoman ejaan. Panduan ini juga dikenal sebagai Royal Ejaan Panduan P.BMP.B Johor. Pedoman ini disusun oleh Mayor Dato 'Haji Muhammad Said Haji Suleimen untuk membakukan dan menyeragamkan ejaan jawi yang digunakan dalam publikasi bahasa Melayu, khususnya di Johor. Panduan ini dikeluarkan pada tahun 1937 oleh Royal Johor P.BMP.B.


Ejaan Jawi Za'ba
Menurut PRPM (2016) juga Pedoman ejaan Jawi Za'ba adalah sistem ejaan jawi yang mana diterbitkan pada 1949 digunakan dalam buku karangan Za'ba yang berjudul Daftar Ejaan Melayu (Jawi-rumi). Pada bagian awal buku ini terdapat metode tulisan Melayu dengan huruf jawi atau dengan kata lain disebut Pedoman Ejaan Jawi untuk bahasa Melayu.
Sistem Ejaan Dian
Sistem ini diperkenalkan oleh majalah Dian yang diterbitkan di Kota UBharu, Kelantan. Pada tahun 1963, UU Bahasa mengatur masyarakat Melayu harus menggunakan tulisan rumi sebagai tulisan resmi pada waktu itu menyebabkan masyarakat pada waktu itu tidak dapat membaca tulisan Jawi. Jadi, sistem ini dibuat supaya ejaan jawi disesuaikan dan memungkinkan masyarakat Melayu pada masa itu membaca tulisan Jawi.
Panduan Ejaan Jawi yang disempurnakan
Panduan ini adalah panduan pengejaan Jawi untuk menggantikan sistem yang sebelumnya diperkenalkan oleh Za'ba. Menurut Anuar (nd) sistem penulisan dan pengejaan yang digunakan sampai saat ini adalah sistem yang terdapat dalam buku Pedoman Ejaan Jawi yang Disempurnakan diterbitkan secara resmi pada tahun 1986 oleh Dewan Bahasa dan Pustaka.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tulisan Jawi telah lama ada dalam peradaban melayu disekitar kepulauan melayu yaitu sekitar abad ke-10 Masehi atau 3 Hijriah hingga kemasa kini dan ia berasal dari pada tulisan Arab. Tulisan inilah yang membangunkan Peradaban melayu dan pernah mendukung bangsa Melayu keambang peradaban Melayu modern pada masa kini.
Secara keseluruhannya perkembangan tulisan Jawi di bagi menjadi 2 tingkat. pada tingkat pertama di bagi menjadi empat bagian, yang tediri dari Sistem ejaan bahasa Arab digunakan sepenuhnya, Baris ejaan dihilangkan Pada titik, Vokal digunakan, Huruf pada suku kata pertama dan kedua. kemudian pada tingkat kedua juga di bagi menjadi empat. yaitu, Ejaan P.BM P.B Diraja, Ejaan Jawi Za'ba, Sistem Ejaan Dian, dan yang terakhir adalah Panduan Ejaan Jawi yang disempurnakan yang digunakan pada masa kini.



Daftar Pustaka

Ahmad Darmawi, Arab Melayu “Pemunculan Tulisan Sistem dan Istilah Jawi, (Jakarta: Rakyat Riau, 2008), hal. 3

Afiqekie.  (2012).  Topik 6: Sistem Ejaapn Jawi bahasa Melayu.  Di akses 10 April 2020 dari https://afiqekie.files.wordpress.com/2012/12/modul-bmm31 12-topic-6-iankaka.pdf 

Anuar.  (n.d).  Pedoman Umum Ejaan Jawi bahasa Melayu.  Diakses 10 April2020 dari Anuar2u.com/download JAWI / OFFICE% 20JAWLpdf

JARINGAN PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN
DI ASIA TENGGARA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara
Dosen : Dr. Jajat Burhanudin, M.A

Disusun Oleh :

    Rais Al Azizi M (11170220000065)
Anggi Febri Amallia (11170220000079)
     Agus Sufandi     (11160220000071)

SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Kata kunci: Perdagangan, Ekonomi, Asia tenggara



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
        Asia Tenggara yang sebagaian besar wilayahnya berbentuk kepulauan dan dikelilingi oleh lautan, mendorong setiap aktivitas penduduknya dalam kegiatan kemaritiman. Perdagangan dan pelayaran dilakukan sebagai usaha untuk mengebangkan perekonomian Negara dan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Letak geografis Asia Tenggara yang strategis menjadikan beberapa tempat di Asia Tenggara sebagai pusat perdagangan dan pelayaran. Setiap Negara dari berbagai penjuru dunia datang ke pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara dengan membawa komoditas masing-masing dari negaranya.
Kemudian dari hal tersebut, mempertemukan pedagang-pedagang dari berbagai Negara sehingga membentuk sebuah jaringan perdagangan. Kerjasama antar Negara tidak terelakan karena hal tersebut. Peraturan dan kebijakan setiap Negara mulai dibentuk untuk menciptakan kenyamanan dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan. Maka penting kiranya pemakalah meerangkan bagaimana jaringan perdagangan, system perpajakan dan bea cukai serta pelabuhann dan organisasinya. Direalisasikan dalam kegiatan maritim sebagai ekonomi.
b.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana jaringan perdagangan di Asia tenggara?
2.    Bagaimana system perpajakan dan bea cukai?
3.    Bagaimana pelabuhan dan organisasinya?
4. Bagaimana Perekonomian di Asia Tenggara?
c. Tujuan Penilisan
Untuk mengetahui bagaimana jaringan perdaganagan di Asia Tenggara, system perpajakan dan bea cukai serta pelabuhan dan organisasinya.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      JARINGAN PERDAGANGAN
Perdagangan merupakan proses interaksi antara individu atau kelompok sosial satu dengan yang lainnya untuk memperoleh komoditas. Dalam perdagangan terkait 4 komponen pokok yaitu, interaksi, barang atau komoditas, transportasi atau alat yang digunakkan untuk memindahkan barang atau komoditas, dan kedua belah pihak yang terikat perdagangan. Posisi Asia Tenggara yang tidak kalah pentingnya dalam sejarah maritime telah berabad-abad menempati posisi strategis dalam jalur pelayaran, dan perdagangan antar bangsa, antar Negara dan antar pulau. Peran strategis kawasan ini dapat dilihat dari sejarah Sriwijaya, Ayutthaya, dan kerajaan-kerajaan melayu disepanjang semenanjung Melayu.
Beberapa dasawarsa ini, Jaringan Perekonomian di Asia Tenggara didominasi oleh Eropa, banyak daerah-daerah yang menjalin kerjasama dengan eropa, Contohnya adalah; Antara Burma dengan Inggris, Indo-China dengan Perancis, ataupun Hindia-Belanda. Orang-orang Eropa menjalin kerjasama dengan bangsa di Asia Tenggara adalah untuk mendapatkan rempah-rempah atau bahan pangan serta bahan mentah untuk Industri
Ayutthaya merupakan negeri yang menjadi pusat utama politik, budaya, dan perdagangan di Thailand masa silam. Negeri ini berperan penting bagi perkembangan sejarah Asia Tenggara sejak abad 14 sampai abad ke 18, hubungan antara Ayuthaya dengan penguasa di Indonesia meliputi hubungan diplomatik dan perdagangan seperti dengan Aceh, Jambi, Banten, Palembang, Riau selain dari penguasa Asia Selatan Bengala, Golkinda, Kesultanan Mughal dan Persia. Sejak awal Ayuthya telah membuka negerinya untuk perdagaangan dan pedagang asing untuk masuk ke negeri ini. Salah satu alasan penting Ayuthaya dalam dunia maritim karena letaknya strategis menghadap ke timur laut China selatan. Jaringan perdaganagan dan diplomatic Atyuthaya sudah cukup luas yang tampaknya diurus dengan baik melalui kementrian yang bertanggung jawab atas perdagangan dan hubungan luar negeri. Ayuthaya sendiri merupakan pemasok sejumlah dagangan penting untuk pasar Asia karena jaringan perdagangan yang dimiliki harga barang yang bersaing dan lingkungan perdagangan yang bebas di pelabuhan.
 Di Nusantara, jaringan perdagangan masa lalu telah menempatkan posisi rempah-rempah sebagai komoditi utama sejak awal masehi dengan adanya kontak antar pedagang nusantara dengan pedagang Cina, Arab dan India. Jaringan perdagangan rempah-rempah ini kemudian semakin ramai setelah kedatangan bangsa Eropa sekitar abad ke-16. Rempah-rempah yang menjadi komoditi utama itu antara lain adalah cengkih, pala dan lada. Rempah-rempah ini dianggap memiliki nilai penjualan yang tinggi khususnya bagi warga eropa. Hal ini dikarenakan rempah-rempah ini hanya dapat ditemukan di nusantara bagian timur yang membutuhkan pelayaran yang panjang untuk sampai ke eropa.
2.      SISTEM PAJAK DAN BEA CUKAI
Salah satu perbedaan nilai antara kerajaan agraris dengan kerajaan pesisir adalah penghasilan utama kerajaan agraris didasarkan atas dasar hasil-hasil pertanian, dan hasil hutan. Sedangkan kerajaan pesisir sebagian penghasilannya tergantung pada perdagangan dan pelayaran. Kerajaan pesisir mengambil keuntungan dari pajak perdagangan dan pelayaran di Bandar-bandarnya. Selain itu, mereka juga turut mengambil bagian dalam perdagangan dan pelayaran secara pribadi. Seperti Sriwijaya yang mengambil keuntungan dari perahu-perahu asing yang melintasi Selat Malaka, dan selat Bangka yang telah dikuasai oleh Sriwijaya.
Dari pernyataan I-tsing, kapal asing yang datang di Kedah dan Melayu pada waktu-waktu tertentu tinggal dikedua tempat itu sambil menunggu datangnya angin baik. Baru mereka melanjutkan perjalanannya ke tempat tujuan mereka. Kapal-kapal di Selat Malaka singgah terlebih dahulu di pelabuhan untuk mengambil air minum dan perbekalan lainnya. Beberapa pelabuhan di selat ini penting artinya sebagai pelabuhan perbekalan. Oleh karena itu, Sriwijaya berusaha memonopoli dan menguasai daerah pesisir di kedua belah pantai di Selat Malaka.
Sebagai kerajaan Maritim, Sriwijaya menggunakan politik laut yaitu dengan mewajibkan kapal-kapal untuk singgah di pelabuhannya. Politik Sriwijaya ini, dikenal dengan menggunakn model “paksaan menimbun barang” di samping itu, Raja Sriwijaya juga mempunyai kapal-kapal sendiri. Dengan demikian, harta benda raja serta kaum bangsawan berasal dari perdagangan sendiri, bea-bea yang dipungut dari perdagangan yang melalui kerajaan, dari rampasan hasil peperangan dan pembajakan laut.
Bagi kerajaan-kerajaan maritime, pelabuhan merupakan pintu gerbang bahan-bahan ekspor dan impor. Disini arus ekspor dan impor dapat diawasi dan mendapatkan bea seperlunya. Mengenai pemungutan bea Cukai Thome pirres lebih banyak memberikan keterangan tentang malaka daripada pelabuhan lainnya. Para pedagang yang baru saja tiba di malaka harus membayar bea cukai terlebih dahulu sebeleum ia dibolehkan menjual dagangannya. Jumlah yang harus dibayarkan tergantung pada ukuran dan timbangannya. Oleh sebab itu, barang-barangnya harus ditimbang dan diukur terlebih dahulu pada timbangan dan ukuran yang berlaku di malaka.
Bea impor untuk barang-barang yang datang dari negeri-negeri di atas angin (Arab, India, Srilangka termasuk juga Pegu dan Siam) adalah 6% . hal demikian berlaku pula bagi dagangan dari negri-negri di pantai Barat di Semenanjung Melayu dan di sebelah Timur Tenaserim, juga bagi negeri di utara Sumatera (Pasai dan Pidie). Selain  Bea Cukai para pedagang harus pula membawa barang persembahan untuk raja, bendahara, tumenggung, dan syahbandar yang membawahinya. Keseluruhan persembahan ini berjumlah 1-2% dari nilai barang yang dimasukkan. Kalau ingin menetap di Malaka para pedagang di sebelah barat termasuk orang melayu harus membayar pajak sebesar 3% di samping itu mereka harus membayar 6% pajak kerajaan.
Terhadap barang-barang yang dikeluarkan dari Malaka tidak dipungut bea eksport baik dari kapal-kapal yang menuju ke barat atau timur. Para pedagang hanya diwajibkan membayar ongkos timbangan untuk semua barang yang masuk dan keluar sebesar 1% dari jumlah barang kepada orang yang berhak memungutnya yang ditunjuk oleh raja sendiri. Disamping itu ada jenis pajak yang walaupun tidak langsung berhubungan dengan pedagang asing masih banyak memengaruhi perdagangan di negeri Malaka. Pajak ini dipungut sebagai imbalan izin berdagang di jalanan, pasar, kedai-kedai kecil dll. Hasil dari perizinan ini merupakan peghasilan pegawai-pegawai Malaka. Sistem perpajakan ini banyak menguntungkan Malaka oleh sebab itu orang-orang Eropa yang kemudian menduduki kota Malaka pada umumnya mempertahankan sistem pajak ini. 
3.      PELABUHAN DAN ORGANISASINYA
Pelabuhan bukan saja tempat berlabuh tetapi tempat bagi kapal berlabuh dengan aman terlindung dari ombak besar dan angin. Tempat yang paling baik untuk berlabuh adalah pada sebuah sungai agak jauh kedalam, namun dalam hal ini lebar sungai membatasai perkembangan pelabuhan. Oleh sebab itu banyak pelabuhan di muara yang agak terbuak atau meskipun kurang terlindung ia berada di dalam sebuah teluk. Dalam jaringan lalu lintas disebuah negeri kepulauan seperti Indonesia fungsi pelabuhan ialah sebagi penghubung jalan maritim dan jalan darat. Pada zaman dahulu ketika komunikasi dengan daerah pedalaman lebih banyak menggunakan sungai maka lokasi pelabuhan dalam estuarium banyak untungnya. Melalui sungai penduduk pedalaman dapat mengangkut hasil sawah dan kebunnya ke pantai tanpa memerlukan tenaga banyak.
        Sebuah pelabuhan harus mempunyai daya tarik yang besar bagi kapal-kapal dari luar, misalnya pasar yang ramai tempat hasil hutan dari pedalaman yang diperdagangkan dan bahan makanan dan air minum disediakan untuk konsumsi di kapal. Ada korelasi erat antara besarnya volume perdagangan (termasuk persediaan bahan makanan) dan frekunsi dan kunjungan serta jumlah kapal yang singgah di suatu pelabuhan. 
Untuk pantai adalah faktor lain yang memengaruhi pelabuhan. Keadaan bumi membagi Indonesia dalam dua bagian, disebelah barat kerak bumi lebih tua dan lebih mantap sehingga memperlihatkan bentuk pantai yang rendah, berbeda dengan yang disebelah timur yang masih kurang stabil buminya: pantai-pantainya mempunyai relif yang lebih bervariasi. Pelabuhan seperti tidore yang subur untuk pertumbuhan Bungan karang merasakan benar factor penghalang ini demi perkembangan pelabuhannya. Sebaliknya pelabuhan-pelabuhan sebelah barat dimana pentainya merupakan daratan alluvial yang luas seperti disumatra timur, Kalimantan dan Jawa bagian Sumatra utara, pelabuhan-pelabuhan setempat harus berhadapan dengan proses pendangkalan muara karena endapan sungai yang terus menerus.
Ketika kapal memasuki pelabuhan, syahbandar pun datang untuk mengunjungunya. Pelabuhan yang banyak didatangi oleh pedagang asing harus memiliki lebih dari satu syahbandar. Ketika masa kejayaan pelabuhan malaka, saat itu didalam sebuah pelabuhan  memiliki empat orang syahbandar. Syahbandar yang menempati kedudukan pertama adalah yang mementingkan kepentingan orang-orang dari jawa, Maluku, banda, Palembang, Brunai Kalimantan dan pulau-pulau Filipina. Ada syahbandar khusus untuk orang-orang dari tionghoa dan pedagang dari pulau Riyu Kiyu. Syahbandar memiliki tugas utama yaitu mengurus dan mengawasi perdagangan orang-orang dibawahnya serta pengawasan di pasar dan digudang juga mengawasi timbangan, ukuran dagangan dan mata uang yang akan di pertukarkan. Dan apabila tidak ada kesesuaian antara nahkoda dan para pedagang disalah satu kapal tersebut, syahbandar yang bersangkutan harus menjadi penengah. Oleh sebab itu orang-orang yang diangkat sebagai syahbandar kebanyakan dari kalangan saudagar-saudagar asing itu sendiri. Dan umumnya saudagar yang paling berwibawa dan paling kaya adalah yang menjadi syahbandar. Tugas lainnya dari syahbandar yaitu memberi petunjuk dan nasihat tentang cara-cara berdagang setempat, serta menaksir barang dagangan dan menentukan pajak yang harus dipenuhi, serta bentuk dan jumlah yang harus diserahkan ke raja, bendahara dan tumenggung.
Syahbandar juga mempunyai atasan yaitu tumenggung yang berkuasa atas seluruh kota dan pelabuhan. Dalam urusan dagang, kedudukan tumenggung sangatlah penting karena ia harus menerima bea masuk dan ekport dari barang yng diperdagangkan. Serta ialah yang mengadili perkara-perkara atau masalah yang menyangkut orang asing.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Perdagangan merupakan proses interaksi antara individu atau kelompok sosial satu dengan yang lainnya untuk memperoleh komoditas. Dalam perdagangan terkait 4 komponen pokok yaitu, interaksi, barang atau komoditas, transportasi atau alat yang digunakkan untuk memindahkan barang atau komoditas, dan kedua belah pihak yang terikat perdagangan. Jaringan perdagangan masa lalu telah menempatkan posisi rempah-rempah sebagai komoditi utama sejak awal masehi dengan adanya kontak antar pedagang nusantara dengan pedagang Cina, Arab dan India.
Salah satu perbedaan nilai antara kerajaan agraris dengan kerajaan pesisir adalah penghasilan utama kerajaan agraris didasarkan atas dasar hasil-hasil pertanian, dan hasil hutan. Sedangkan kerajaan pesisir sebagian penghasilannya tergantung pada perdagangan dan pelayaran. Bagi kerajaan-kerajaan maritime, pelabuhan merupakan pintu gerbang bahan-bahan ekspor dan impor disini arus ekspor dan impor dapat diawasi dan mendapatkan bea seperlunya mengenai pemungutan bea Cukai. Tempat yang paling baik untuk berlabuh adalah pada sebuah sungai agak jauh kedalam, namun dalam hal ini lebar sungai membatasai perkembangan pelabuhan.









Daftar Pustaka

Burhanduin, Safri, dkk. Sejarah Maritim IndonesiaI : Menelusuri Jiwa Bahari Bangsa Indonesia dalam proses integrasi Bangsa. . 2003. ( Semarang : Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara)
Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara, 1981, (Surabaya : Usaha Nasional)
Reid Anthoni, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1460-1680 Jilid II Jaringan Perdagangan Global, 2011 (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor)
Lapian, Adrian B. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke 16 dan 17. 2017. ( Depok : Komunitas Bambu)
        Journal :
Yuliyati. Perspektif Kemaritiman di Indonesia dan Kawasan Asia Tenggara lainnya. Jurnal Sejarah dan Budaya Universita Negeri Malang Tahun ke 7 No. 2 Desember 2013.





I(Hwan) & A(Hhwat)


*Hanya saling melontarkan sapa dengan sautan ringan sebelunya!

"Siapa yg benar benar berhak untuk mencari?" Tanya ahwat. "aku, Lelaki!" Sahutnya. Merasa tidak cukup puas dengan jawaban itu, ahwat kembali menyela, "Lantas apakah aku sebagai akhwat harus berdiam diri dengan pasrah menunggu segala bentuk takdir yang nantinya harus ku terima?", Ihwan pun kembali menanggapi, "Tidak! Hanya saja bagian kita berbeda." Mendengar jawaban yang seakan bertentangan dengan kesama rataan manusia, ahwat mencoba menyinggung jawaban sang ihwan itu. "Mengapa kau anggap seakan tuhan membeda-bedakan kita, bukankah kita semua sama?". Karena berfikir bahwa pernyataan sang ihwan disalah artikan, ihwan pun mendekatkan kedua ujung bibirnya dekat telinga sang ahwat, berharap agar jawabannya terdengar utuh di telinga sang ahwat, dan ia pun kembali berucap, "Tunggu! Jangan menuduh saya lancang pada tuhan, hingga kau pun berani menghakimi!"

Ahwat memalingkan mukanya. tak lama ihwan kembali menjelaskan dengan nada semula, "Memang, tugas ihwan itu mencari, maka tugas akhwat cukup menanti, namun yang patut kita pahami, bahwasanya ihwan yang nanti menemukanmu akan sebanding dengan seberapa sabar penantianmu. Sabar tidak hanya menunggu nasib, sabar adalah berdoa, sabar adalah upaya untuk tetap percaya bahwa tuhan tidak akan menghianati kita"
akhwat kembali menyela. "Lantas, apa jaminamu beranggapan demikian?"

Setelah mendengar pertanyaan itu, ihwan langsung pergi, dan meninggalkannya tanpa meninggalkan jawaban, ahwat menjadi bingung dengan sikap ihwan yang tidak seharusnya meninggalkan seorang ahwat yang saat itu membutuhkan kepastian dan kebenaran jawabannya.

Dengan perasaan marah mengingat kejadia saat itu, ia masuk ke dalam rumah dan berharap agar ahwat tidak kembali melihatnya sebab kecewa yang telah di dapatinya.

Tak lama setelah kejadian itu, sang ahwat mendengar suara dari ayat  alquran yang datang dari mushallah samping rumahnya, ahwat mengenali suara itu, bahwa suara itu adalah suara ihwan yang baru saja bersama dengannnya dan juga yang baru saja meninggalkannya. Saat mendengar perpotongan ayat tersebut, spontan sang ahwat mengerti alasan ihwan pergi, ternyata ayat itu telah memberikan jawaban akan pertanyaan yg sedari tadi iya tunggu jawabannya dari si ihwan, sejak saat itu ia menjadi sadar akan hakikat dia sebagai ahwat, yaitu menunggu  adalah hal yang tepat, dan adapun mencari sebagai hak seorang ihwan ia pun sependapat.

Jakarta, 15 Juli 2019
Agus Sufandi Ari
DAN KAU BERBEDA

memiliki karunia adalah mendapati keragaman
mampu berpaham dan menciptakan pembaharuan,
suara sayu pun menundukkan kepalsuan,
lantang lagi, bumi kan menjerit kesakitan dan langit kan tersenyum tipis dengan sedikit memalingkan pandangan.
disini di bumi yg kotor aku berjelajah mencari kesetaraan, menghindar dari perkara setan hitam yang mengumandangkan angin topan.
mengharap awan hitam ia daki, ia komando untuk menghujani mereka tanpa unsur kemanusiaan.
tidakkah kau tahu wahai cendekiawan?
apa mungkin dia yg berhujjah seakan ia akan memberi  jalan, jalan terang untuk mereka yg telah lama memberi kepercayaan.
ataukah ini ini hanya sekedar mobilisasi akan kepentingan?  sampai kalian tak berfikir akan sepah yg kau buang sebab santan telah kau dapatkan.

Telah Buta

Semacam candu, rekayasa manusia tak mampu melibatkan hati.
semacam rindu, kebohongan kata seorang tak cukup kuat meluluhkan mimpi.
semacam belenggu, drama kehidupan tak kan sigap melumpuhkan nurani.
Jika kau mengatakan satu, maka akulah satu
Jika kau menambahkan satu, aku juga tambahannya.
Jika kau mengurangi satu, aku sanggup melengkapinya. 
Selama kau menyatu dalam hitungan angka, hidangan hati tak kan pernah aku biarkan singgah dari meja makanmu.
Dan kau tak kan kelaparan akan perasaan
Tak kan kehausan pula akan rindu
Perlakukan aku dengan sehina hinanya, agar kau tau butanya ketulusan.

17 September '18

memiliki karunia adalah mendapati keragaman
mampu berpaham dan menciptakan pembaharuan,
suara sayu pun menundukkan kepalsuan,
lantang lagi, bumi kan menjerit kesakitan dan langit kan tersenyum tipis dengan sedikit memalingkan pandangan.

disini, di bumi yg kotor aku berjelajah mencari kesetaraan, menghindar dari perkara setan hitam yang mengumandangkan angin topan.
mengharap awan hitam ia daki, ia komando untuk menghujani mereka tanpa unsur kemanusiaan.

tidakkah kau tahu wahai cendekiawan?
apa mungkin dia yg berhujjah seakan ia akan memberi jalan, jalan terang untuk mereka yang telah lama memberi kepercayaan.
ataukah ini hanya sekedar mobilisasi akan kepentingan?  sampai kallu tak berfikir akan sepah yg kau buang sebab santan telah kau dapatkan.

23 September '17
Previous PostPostingan Lama Beranda